Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 6 Berang - Berang Yang Lucu Bagian 4 - Kedua anak lelaki itu kompak tertawa. Nyengir. Jangan pernah cerita
sesuatu ke Yashinta. Adik terkecil mereka benar-benar tipikal anak yang suka
penasaran. Ingin tahu segalanya. Tentu saja mereka tadi hanya bergurau. Seperti
biasa mudah sekali menggoda Yashinta. Tapi Mamak Lainuri tidak suka
gurauan mereka. Tidak pantas menjadikan 'harimau' sebagai bahan bergurau.
"Lais berangkat, Mak. Assalammualaikum—"
"Waalaikumsalam. Jaga adikmu. Dan pulang segera, Lais. Hari ini banyak
pekerjaan di ladang!"
Gadis tanggung berumur enam belas tahun itu mengangguk. Sigap
melangkah menuruni anak tangga. Yushinta langsung ngintil mengikuti.
Lihatlah, meski baru enam tahun, Yashinta benar, ia sudah cukup besar untuk
urusan ini. Tangkas menjejak rumput yang masih berbilur kristal embun.
Tubuhnya meski terlihat kecil dan ringkih, tidak kalah atletisnya dibanding Kak
Laisa yang gendut dan gempal.
Hutan, semakin lama semakin lebat.
Hiruk-pikuk burung memenuhi atas kepala semakin ramai. Seperti
orkestra. Ada yang berdengking, berkicau, bernyanyi, bahkan ada yang seperti
ngoceh tanpa henti. Itu burung si penggosip. Sibuk bicara, meski tidak penting.
Dengking uwa (semacam monyet) dari kejauhan menimpali. Kuak suara ayam
hutan. Nyamuk besar-besar berdesing di atas kepala. Sarang laba-laba. Mereka
sudah berjalan hampir satu jam. Menyusuri jalan setapak yang kadang ada,
kadang hilang di tengah hutan.
"Masih jauh, Kak?"
Kak Laisa tidak menjawab.
"Masih jauh, Kak?"
"Ssst—" Kak Laisa menghentikan langkahnya.
Yashinta yang sedikit kaget karena Kak Laisa berhenti mendadak,
memegang lengan Kak Laisa dari belakang. Ingin tahu. Menyeruak ke depan.
Tapi Kak Laisa malah menahan kepalanya. Mendelik menyuruhnya tetap di
belakang. Dan tentu saja memberi kode: jangan berisik. Mereka sejak lima
belas menit tadi sudah turun dari jalan setapak, menyusuri sungai kecil berbatu-
batu itu.
Kak Laisa melanjutkan langkahnya pelan-pelan. Yashinta mengerti, tidak
perlu dijelaskan dua kali, ikut melakukannya. Menghilangkan suara kecipak
kaki di atas air. Lima belas meter. Kak Laisa melangkah mengendap-endap
menaiki tepi sungai. Yashinta tanpa banyak bicara ikut. Kalau sudah begini,
berang-berang itu pasti sudah dekat, deh. Yashinta nyengir lebar. Juga ikut
mendekam di balik sebatang pohon besar, di belakang Kak Laisa.
dan anda bisa menemukan artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 6 Berang - Berang Yang Lucu Bagian 4 ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/10/bidadari-bidadari-surga-mozaik-6-berang_4.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 6 Berang - Berang Yang Lucu Bagian 4 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 6 Berang - Berang Yang Lucu Bagian 4 sebagai sumbernya.
Artikel Terkait: Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 6 Berang - Berang Yang Lucu Bagian 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 6
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 2
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 1
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 2
0 comments:
Post a Comment