12. Setelah Kau Menikahiku - “Kupikir sudah waktunya kau mengalah sekali-sekali.”
“Mengalah!” suaranya meninggi. “Apa aku masih kurang mengalah selama
ini? Pit, kau sudah menyita enam kali dua puluh empat jam waktuku , apa
kau tidak bisa memberiku….”
“Enam kali dua puluh empat? Enam kali dua! Kita hanya benar-benar
bertemu dan bicara satu jam saat sarapan dan satu jam waktu makan
malam!”
“Kita bisa mengobrol lebih banyak kalau kau mau lebih banyak melewatkan
waktu denganku! Tapi tidak! Kau lebih memilih mengurung diri di kamar
dengan Pavarotti dan Flamingo.…”
“Placido Dom ingo! Maaf, Dan, waktuku terlalu berharga untuk dipakai
menyaksikan orang-orang saling membunuh tiap dua menit atau dua puluh
dua orang memperebutkan satu bola kulit!”
“Setidak-tidaknya itu lebih jujur dan bisa dimengerti dari film-filmmu
yang becek air mata itu!”
“Kau kekanak-kanakan!”
“Dan kau, Tuan Putri, kau egois!”
Ia menyambar tasnya dan melangkah lebar-lebar keluar lewat pintu
samping. Aku masuk ke ruang makan dan membanting pintu di belakangku.
Seperti inikah perasaan para istri setelah bertengkar dengan
suaminya?Dadaku sesak dan kepalaku sakit. Aku benci menjadi cengeng,
tapi air mata kecewa mulai membuat mataku pedih. Aku sama sekali tidak
mengira sesuatu seperti ini terjadi padaku. Aku tahu Idan melakukan
semua ini, simulasi ini, untukku, tapi selama ini aku tidak pernah
menuntut apa pun darinya. Sebaliknya, aku telah berkorban banyak sekali
sejak aku menikah —-simulasi—- dengannya, mengurangi jadwal clubbing-ku,
pulang dari kantor sesegera mungkin, memperhitungkan apa ia akan
menyukai makanan yang kubeli. Apa ia telah berbuat sama banyaknya
untukku ? Tidak!
Kubuka lemari es dan kukeluarkan satu kotak es krim cokelat kesukaanku.
Pagi itu kulewatkan di depan televisi, menyaksikan film melankolis, air
mataku kubiarkan meleleh tanpa henti, dan sekotak es krim itu pun habis
tanpa terasa.
Idan kembali pukul setengah sebelas, masih cemberut. Ia langsung mandi
dan tak lama kemudian kembali ke ruang duduk sudah rapi dengan t-shirt
dan celana jins.
“Kalau kau mau ke mal, aku sarankan kau mandi dan dandan sedikit,”
katanya.
“Aku tidak mau pergi ke mal.”
“Kau bilang tadi pagi….”
“Aku tidak mau merepotkanmu. Aku tidak mau kau gatal-gatal karena
alergimu kumat.”
dan anda bisa menemukan artikel 12. Setelah Kau Menikahiku ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/08/12-setelah-kau-menikahiku.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel 12. Setelah Kau Menikahiku ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link 12. Setelah Kau Menikahiku sebagai sumbernya.
0 comments:
Post a Comment