7. Setelah Kau Menikahiku - Sebulan pertama Upit berusaha mengerti kebiasaan Idan menghabiskan akhir
pekan dengan memancing. Di minggu kelima dia protes, dan mereka
bertengkar. Pertengkaran terhebat yang pertama.
Tiga hari pertamaku sebagai istri Idan —-simulasi-— kulewatkan di
rumahku sendiri. Tiga hari berikutnya dilewatkan di rumah Idan, karena
kondisi ibunya, yang memang telah sangat lama sakit, memburuk; mungkin
karena ketegangan yang disebabkan persiapan acara pernikahanku dengan
Idan. Pada hari ketujuh kami pindah ke rumah milik Idan sendiri. Dan
setelah seharian menata perabotan, memasang tirai dan beragam pajangan,
malam itu kami lewati dengan tidur.
Esok paginya, aku terbangun karena mendengar suara-suara di dapur. Aku
menemukan Idan di sana, sedang mendadar telur, seme ntara di atas meja
terhidang nasi goreng dan sepoci kopi yang harumnya menggoda.
“Aku ada rapat pukul setengah delapan,” seru Idan sambil membalik dadar
telurnya. “Aku mesti berangkat sebelum setengah enam.”
Ku cicipi nasi goreng buatannya. “Aku tidak tahu kau pintar memasak.”
“Pramuka,” komentar Idan ter senyum. Diletakkannya telur di atas meja
dan ia duduk untuk sarapan. “Aku juga pandai tali-temali, semafor,
menjahit.”
“Percaya, percaya. Kalau kau mau menangani urusan masak, aku akan
memperbaiki keran dan genting bocor, plus membabat rumput.”
Idan terbahak. “Ini hanya sekali-sekali, Pit. Aku tidak mungkin masak
setiap pagi.”
“Apalagi aku . Kita perlu cari pembantu.”
“Jangan,” Idan menggeleng. “Ia pasti curiga kalau melihat kita tidur di
kamar berbeda.”
“Jadi?”
Idan menggaruk kepalanya. “Bisakah kau masak nasi tiap hari?”
pintanya.“Aku punya rice cooker.”
Kutatap wajahnya. Dalam hati aku berpikir, haruskah? Ini hanya sebuah
permainan. Tidakkah Idan akan jadi besar kepala kalau aku mematuhinya?
Tapi di lain pihak, kalau aku benar-benar ingin tahu bagaimana rasanya
jadi seorang istri, mungkin ada baiknya aku mengikuti keinginannya.
“Kalau kau mau membawakan lauk dan sayur bergantian denganku, baik.”
Ia tersenyum dan beranjak dari meja dan kembali dengan sebuah bolpoin
merah. Dilingkarinya tanggal hari itu di kalender yang tergantung di
dinding dapur.
“Hari pertama kita menyelesaikan suatu masalah dengan musyawarah
keluarga,” katanya saat kembali ke kursinya.
dan anda bisa menemukan artikel 7. Setelah Kau Menikahiku ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/08/7-setelah-kau-menikahiku.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel 7. Setelah Kau Menikahiku ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link 7. Setelah Kau Menikahiku sebagai sumbernya.
0 comments:
Post a Comment