Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 10 PERTEMUAN DI BALAI KAMPUNG 3 - Wak Burhan meletakkan palu bonggol kayunya. Tersenyum tipis. Itu
janggal sekali, pertemuan tahunan itu meski diikuti oleh seluruh penduduk
kampung, hanya pria dewasalah yang bicara. Sisanya menonton.
"Ergh, eee, iya Wak...." Dalimunte menelan ludah, amat gugup dengan
tatapan penduduk lainnya.
"Baik. Apa yang ingin kau sampaikan, Dalimunte?"
Wak Burhan tersenyum lebih lebar, mengeluarkan sirih dari mulut. Dia
mengenal sekali anak Lainuri yang satu ini. Rajin shalat berjamaah di surau.
Masih anak-anak. Tapi siapa bilang dia masih anak ingusan umur dua belas
tahun. Sejak Babak mereka meninggal, anak-anak Lainuri tumbuh berbeda
dengan yang lain, tumbuh menjadi anak-anak yang bisa diandalkan.
"Ergh, sebentar—" Dalimunte dengan tangan sedikit bergetar membawa
kertas-kertasnya ke depan. Saking gugupnya, beberapa kertas berjatuhan.
Dalimunte patah-patah mengumpulkannya.
Mamak Lainuri masih mengernyitkan dahi. Kak Laisa menatap lebih
bingung. Buat apa kertas-kertas itu? Penduduk lain menunggu.
"Ee, maaf kalau, maaf kalau—" Dalimunte mengusap dahinya.
"Kau tidak perlu gugup begini, Dalimunte. Katakan sajalah. Kami akan
mendengarkan!" Wak Burhan mengangguk mantap padanya.
Dalimunte menelan ludah. Menatap Kak Laisa, menatap Mamak Lainuri.
Menatap Yashinta. Lantas sedikit tersenyum tanggung demi melihat wajah
adiknya. Lihatlah, adiknya dengan bola mata membulat penuh rasa ingin tahu
balas menatapnya. Ekspresi yang sama seperti setiap kali Yashinta diajak
melihat anggrek hutan raksasa. Atau melihat pohon salak hutan. Atau melihat
sigung berkejaran. Tidak. Yashinta sedikitpun tidak merasa ganjil dengan
Dalimunte yang tiba-tiba berdiri di tengah balai kampung. Yashinta hanya ingin
tahu. Baiklah, Dalimunte menekuk ibu jari kakinya, ini semua mudah.
Tersenyum penuh penghargaan sekali lagi ke arah Yashinta. Maka meluncurlah
penjelasan itu—
"HALLO! HALLO! PROFESOR—"
Ikanuri terdengar berteriak di seberang sana. Meningkahi berisiknya
suara krsk telepon genggam.
"Kau kemana saja, Dalimunte? Aku sejak sejam lalu berusaha menelepon.
Hallo? Hallo? Ya, kau dengar? Aku sejak tadi menelepon kau. Tidak ada sinyal,
Dali. Sama sekali tidak ada. Akhirnya justru kau yang menghubungi sekarang.
Bah, sejak kapan kau memattkan HP urusan keluarga?"
"Tadi di pesawat—"
"Apa? Hallo? Oo, pesawat—
Kau sudah di mana?"
dan anda bisa menemukan artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 10 PERTEMUAN DI BALAI KAMPUNG 3 ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/11/bidadari-bidadari-surga-mozaik-10_24.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 10 PERTEMUAN DI BALAI KAMPUNG 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 10 PERTEMUAN DI BALAI KAMPUNG 3 sebagai sumbernya.
Artikel Terkait: Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 10 PERTEMUAN DI BALAI KAMPUNG 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 6
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 2
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 1
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 2
0 comments:
Post a Comment