Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 7 ITU BENAR-BENAR JAUH LEBIH PENTING bag 3 - "Albertino, Anda tidak mengerti. Saya harus kembali sekarang juga ke
Jakarta. Kau masih menunggu di bandara? BANDARA? Tidak. Kami sekarang
di stasiun kereta Roma! Apa? Bukan bandara, kami sekarang ada di stasiun
kereta! Roma Termini. Tidak. Ya Allah, tentu saja kami tidak naik kereta dari
Jakarta, Albertino. Bagaimana mungkin?—"
"Teng-tong-teng-tong.... Panggilan terakhir untuk penumpang Kereta
Lokal Chievo3000. Harap segera menuju peron nomor 7...."
"Kau dengar? Tidak usah ditunggu. Kami harus pulang malam ini juga ke
Jakarta, kau dengar? Ya? Ya? Albertino, pertemuan besok batal! Batal! BATAL!
Kau dengar? Apa? Ah, sialan—" Ikanuri memaki.
Wibisana yang berlari-lari kecil di sampingnya menoleh.
"Sinyalnya terputus—" Ikanuri menelan ludah.
"Tung-tong-teng-tong.... Kereta ekspres menuju Swiss Benin nomor 12
dibatalkan karena alasan cuaca buruk. Badan metereologi meramalkan akan
turun hujan lebat di selatan Swis. Kemungkinan longsor. Penumpang bisa
melapor ke loket penjualan tiket kami untuk fullrefund, atau meminta klaim
kamar hotel jika memutuskan untuk menunggu kereta besok pagi. Seluruh staf
dan manajemen Trenitalia, dengan rendah hati meminta maaf..."
"Ini semua gara-gara sepak-bola sialan itu, bah!" Ikanuri bersungut-sungut.
Menyeret kopernya.
"Andaikata Kak Laisa ada di sini, kau pasti sudah dipukulnya dengan
sapu lidi berkali-kali!" Wibisana menarik nafas pendek, memperlamban
langkah kaki, papan elektronik yang bertuliskan angka 9 (peron tujuan Paris,
Perancis lewat Pegunungan Alpen, Swiss) sudah di depan mereka. Mencoba
untuk lebih rileks. Ada gunanya juga setelah setengah jam terakhir terburuburu,
mereka tidak terlalu terlambat, masih ada waktu lima menit lagi.
Tadi keluar dari Bandara Roma amat terburu-buru. Meneriaki taksi
terburu-buru. Memaksa sopir taksi (yang keturunan India itu) untuk terburu-
buru, ngebut menuju stasiun kereta. Beruntung jalanan lengang. Persis setengah
jam lagi Final Piala Champion di Stadion Olimpico, penduduk kota Roma
sudah dari tadi duduk manis di stadion atau depan teve masing-masing. Sialnya,
meski lengang, di mana-mana ada konsentrasi massa yang bersiap nonton
bareng lewat layar teve raksasa. Mending nontonnya di lapangan, ini justru
digelar persis di tengah-tengah perempatan jalan. Benarlah adigum itu, bagi
penduduk Roma, sepak bola sudah jadi agama. Jadi, terpaksa taksi berputar-
putar mencari jalan yang perempatannya tidak vorbodden. Itu sama saja
menyisir seperempat kota Roma dengan kecepatan tak kurang 70 mil per-jam.
dan anda bisa menemukan artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 7 ITU BENAR-BENAR JAUH LEBIH PENTING bag 3 ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/11/bidadari-bidadari-surga-mozaik-7-itu_14.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 7 ITU BENAR-BENAR JAUH LEBIH PENTING bag 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 7 ITU BENAR-BENAR JAUH LEBIH PENTING bag 3 sebagai sumbernya.
0 comments:
Post a Comment