Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 8 KAU ANAK LELAKI bagian 3 - "Apa yang kau kerjakan di sini? JAWAB!" Kak Laisa menghardik lagi.
Lebih kencang. Mengkal karena yang diteriaki sejak tadi malah menunduk
bengong.
Dalimunte hanya diam. Menelan ludah. Tetap menunduk.
"APA YANG KAU KERJAKAN DI SINI?"
Dalimunte membisu.
"KAU ANAK LELAKI DALIMUNTE! Anak lelaki harus sekolah. Akan
jadi apa kau jika tidak sekolah? Pencari kumbang di hutan sana seperti orang
lain di kampung ini? Penyadap damar? Kau mau menghabiskan seluruh masa
depanmu di kampung ini? Setiap tahun berladang dan berharap hujan turun
teratur? Setiap tahun berladang hanya untuk cukup makan! Kau mau setiap
tahun hanya makan ubi gadung setiap kali hama belalang menyerang ladang?
Hah, mau jadi apa kau, Dalimunte?"
Yashinta yang berdiri di belakang Kak Laisa ikut tertunduk.
Hilang sudah semua kesenangannya setelah melihat anak berang-berang.
Yashinta memainkan caping anyamannya pelan-pelan. Menggigit bibir. Kalau
Kak Ikanuri dan Kak Wibisana yang dimarahi, Yashinta tidak terlalu sedih.
Mereka memang bandel. Tapi kalau Kak Dalimunte yang dimarahi? Kan, Kak
Dalimunte selalu baik. Membantu Mamak. Membantu Kak Laisa. Suka
membuatkan Yashinta mainan. Yashinta ingin menyela, membujuk Kak Laisa
agar berhenti, tapi melihat muka Kak Laisa yang merah padam macam
kumbang membuat niatnya urung.
"Kau tahu! Mamak setiap hari ke ladang! Setiap sore ke hutan mencari
damar! Mengumpulkan uang sepeser demi sepeser agar kalian bisa sekolah!
Lantas apa yang kau berikan sebagai rasa terima kasih? BOLOS SEKOLAH!!
BERMAIN AIR??"
Dalimunte tertunduk dalam-dalam. Menyeka matanya yang tiba-tiba
panas, berair. Dali tidak sedang bermain air, Kak Lais. Sungguh —
"KAU BENAR-BENAR TIDAK TAHU MALU! MAU JADI APA KAU
KALAU BESAR NANTI??"
Tidak. Kak Lais keliru. Dali mengerti benar. Mamak sudah bekerja keras
demi mereka. Mengerti benar Kak Laisa mengorbankan seluruh masa kanak-
kanak dan remajanya agar bisa membantu Mamak setiap hari tanpa lelah demi
adik-adiknya sekolah. Dalimunte menyeka matanya. Menangis, rusukan ranting
Kak Laisa di dada terasa sakit sekali, tapi hatinya lebih sakit lagi. Sungguh dia
tidak bolos demi sesuatu yang percuma. Dia tidak sedang main air. Tapi dia
tidak bisa menjelaskannya.
"KAU DENGAR KATAKU?!"
Dalimunte terisak, mengangguk.
"PULANG! PULANG SANA!!" Kak Laisa keras memukul lengan
Dalimunte dengan ranting. Yang dipukul menyeka hidungnya yang kedat. Sakit.
Tangannya terasa pedas, perih. Tapi hatinya tertusuk lebih sakit. Dia tahu. Tentu
saja dia tahu, Dalimunte melangkah pelan, menyusuri inang sungai.
Kak Laisa sekarang menatap tajam Yashinta. Tanpa perlu di teriaki dua
kali, Yashinta buru-buru melangkah, mengikuti Dalimunte dari belakang.
Menuju tepi sungai. Menaiki tangga dari kayu setinggi lima meter itu.
Kampung mereka terpisah dari hutan oleh cadas setinggi lima meter itu. Tiba di
hamparan semak belukar, berjalan tiga ratus meter lagi baru akan tiba di
perkampungan. Atap seng yang sudah karatan dari rumah-rumaah panggung
penduduk terlihat berbaris. Seadanya. Yang paling ujung, yang paling tua, dan
yang paling kecil, itulah rumah mereka.
"Sakit, Kak?" Yashinta yang berjalan dibelakang Dalimunte berbisik
pelan, berusaha mensejajari langkah kakaknya. Kak Laisa berjalan sepuluh
meter di belakang mereka. Masih mengawasi galak.
Dalimunte hanya mengangguk. Matahari semakin terik. Dikejauhan suara
elang mengitari rimba terdengar gagah. Satu bunga rumput terbang, hinggap di
dahi Yashinta—
dan anda bisa menemukan artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 8 KAU ANAK LELAKI bagian 3 ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/11/bidadari-bidadari-surga-mozaik-8-kau_17.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 8 KAU ANAK LELAKI bagian 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 8 KAU ANAK LELAKI bagian 3 sebagai sumbernya.
Artikel Terkait: Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 8 KAU ANAK LELAKI bagian 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 6
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 2
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 1
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 2
0 comments:
Post a Comment