Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 9 CRAYON 12 WARNA bagian 2 - Lepas isya, setelah Dalimunte mengajak Ikanuri dan Wibisana shalat di
surau; dan kali ini dua sigung nakal itu menurut barulah ruang tengah rumah
panggung itu terasa lebih lega. Lampu canting besar di dinding kerlap-kerlip.
Ikanuri dan Wibisana belajar di atas tikar pandan. Membaca, entah benaran
membaca atau hanya pura-pura agar tidak kena marah lagi. Mereka sekali dua
saling berbisik pelan,
"...iya, itu katanya jalan pintas menuju kota kecamatan..."
"...aku dengar dari pemburu harimau di kota kecamatan tadi...".
Terdiam saat Mamak menoleh.
"...lewat jalan itu lebih cepat..."
Yashinta asyik menggambar berang-berangnya tadi pagi. Dalimunte entah
mengerjakan apa dengan kertas-kertas besar diujung tikar satunya. Kak Laisa
dan Mamak duduk di sebelah Yashinta, menganyam topi pesanan.
Malam beranjak matang.
"Eh, Kak Lais, Yashinta nanti boleh sekolah, kan?" Yashinta mendadak
menghentikan gerakan tangannya, menoleh ke Kak Laisa. Ia teringat kata-kata
Kak Laisa tadi siang di sungai bawah cadas.
"Apa?" Kak Laisa yang sibuk dengan anyaman bertanya balik,
"Eh, nanti Yashinta boleh sekolah, kan?" Yashinta bertanya sekali lagi,
ragu-ragu. Ah, kalau ia sekolah, Mamak dan Kak Laisa pasti lebih repot lagi
mencari uangnya.
"Sekolah! Lepas panen ladang musim ini Yashinta masuk sekolah!"
Mamak Lainuri yang menjawab.
Beneran? Yashinta menyeringai. Matanya membulat. Mamak
mengangguk selintas, tetap konsentrasi menganyam. Yashinta sudah tersenyum
riang. Tadi kan, Kak Laisa bilang anak lelaki harus sekolah. Kalau anak
perempuan? Lihat, Kak Laisa kan anak perempuan. Makanya ia tidak sekolah.
Yashinta berpikiran pendek. Jadi dipikirkan sepanjang hari. Ia tidak tahu kalau
sebenarnya Kak Laisa yang memutuskan mengalah untuk tidak sekolah agar
adik-adiknya bisa sekolah.
Asyik, asyik, ternyata ia juga akan sekolah.
Biasanya, kalau bicara soal sekolah begini, Ikanuri dan Wibisana
otomatis akan nyeletuk sama seperti tadi pagi, "Memangnya asyik sekolah?"
Tapi karena mereka berdua malam ini lagi alim, mereka hanya sibuk belajar,
berbisik-bisik. Meneruskan membaca buku.
"Kak Laisa, lihat gambar berang-berangnya, deh! Bagus, kan?" Yashinta
menghentikan gerakan tangannya lagi. Menyeringai sambil menyodorkan
kertas gambarnya,
Kak Laisa menoleh, menyimak. Tersenyum. Mengangguk. Yashinta
menyeringai senang, kan jarang-jarang Kak Laisa tersenyum. Mamak Lainuri
juga beranjak mendekat melihat gambar Yashinta. Ikut tersenyum. Yashinta
memang berbakat melukis. Meski hanya dengan pensil, gambarnya tetap bagus.
Lima berang-berang itu terlihat begitu nyata. Andai saja ia bisa membelikan
putri bungsunya crayon warna. Mamak menghela nafas pelan, meneruskan
menganyam. Sejak dulu Yashinta sudah minta dibelikan.
Ikanuri dan Wibisana juga melirik selintas, meski lantas sok serius
kembali lagi ke buku. Dalimunte masih sibuk dengan kertas-kertasnya. Entah
membuat apa.
Sejurus, Yashinta menguap. Beranjak membereskan pensil dan kertas
gambar. Sudah hampir pukul 21.00. Saatnya tidur. Hanya ada satu kamar di
rumah panggung itu. Mamak, Kak Laisa dan ia tidur di kamar, beralaskan kasur
butut. Sementara, Dalimunte, Wibisana dan Ikanuri tidur di ruang tengah. Pakai
tikar pandan dan sarung.
"Ah-iya, Ikanuri lupa —" Entah kenapa Ikanuri tiba-tiba bangkit dari
belajarnya. Semua menoleh. Langkah Yashinta tertahan.
Ikanuri mengambil bungkusan kecil dari kota kecamatan tadi. Lantas
menyerahkannya ke Yashinta.
"Buat, Yashinta!"
" Apa-an?" Yashinta bertanya sambil menguap.
"Buka saja—" Ikanuri nyengir.
dan anda bisa menemukan artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 9 CRAYON 12 WARNA bagian 2 ini dengan url
http://adara-wpr.blogspot.com/2012/11/bidadari-bidadari-surga-mozaik-9-crayon_21.html,
anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 9 CRAYON 12 WARNA bagian 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,
namun jangan lupa untuk meletakkan link Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 9 CRAYON 12 WARNA bagian 2 sebagai sumbernya.
Artikel Terkait: Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 9 CRAYON 12 WARNA bagian 2
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 6
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 2
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 14 PENGUASA GUNUNG KENDENG Bag 1
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 5
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 4
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 3
- Bidadari-Bidadari Surga Mozaik 13 KAU BUKAN KAKAK KAMI Bag 2
0 comments:
Post a Comment